ABORSI
2.1 Definisi Aborsi
Menggugurkan kandungan
atau dalam dunia kedokteran dikenal istilah “abortus”
yang digunakan untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Abortus atau
gugur kandung adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan
atau berat bayi kurang dari 500 g (ketika janin belum dapat hidup di luar
kandungan). Angka kejadian aborsi meningkat dengan bertambahnya usia dan terdapatnya
riwayat aborsi sebelumnya.
Dalam dunia kedokteran
dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1
Aborsi spontan/alamiah yaitu aborsi
yang berlangsung tanpa tindakan apapun atau
secara alami. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2
Aborsi buatan/sengaja adalah
pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat
tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
3
Aborsi terapeutik/medis (dilakukan atas
indikasi medis).
2.2 Klasifikasi Aborsi
2.2.1 Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah terjadinya perdarahan dari
rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih berada di
dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih
hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian,
maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan
dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
untuk melihat gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga
didengarkan melalui alat Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia
12-16 minggu. Tatalaksana yang dilakukan meliputi istirahat baring.
2.2.2 Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan
leher rahim, namun janin masih berada di dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi
perdarahan dari rahim dengan kontraksi yang semakin lama semakin kuat dan semakin
sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim. Tatalaksana yang dilakukan adalah
pengeluaran sisa hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) dengan
infus oksitosin, dan atau dengan kuretase.
2.2.3 Abortus Inkompletus
Pada abortus inkompletus, produk konsepsi (janin)
sebagian sudah keluar akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam
rahim. Gejala yang terjadi adalah keram pada rahim disertai perdarahan rahim dalam
jumlah banyak, terjadi pembukaan, dan sebagian jaringan keluar. Penanganan yang
dilaksanakan adalah mengawasi kondisi ibu agar tetap stabil dan pengeluaran
seluruh jaringan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam rahim.
2.2.4 Abortus Kompletus
Abortus Kompletus ditandai dengan pengeluaran
lengkap seluruh hasil konsepsi yang diikuti dengan sedikit perdarahan, dan
nyeri. Tatalaksana yang dilakukan adalah peningkatan keadaan umum ibu.
2.2.5 Missed Abortion
Pada kasus missed abortion, kematian janin terjadi
tanpa adanya pengeluaran dari hasil konsepsi. Alasan mengapa janin yang
meninggal tidak keluar masih belum jelas. Biasanya didahului dengan tanda dan
gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang
setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-tanda kehamilan tidak
ada, dan denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi.
2.2.6 Abortus Septik
Abortus spontan dapat diikuti dengan komplikasi
infeksi. Infeksi dapat terjadi akibat tindakan abortus yang tidak sesuai dengan
prosedur (misalnya oleh dukun). Infeksi yang terjadi pada umumnya endometritis,
yang bisa berkembang menjadi parametritis dan peritonitis.
2.2.7 Abortus Berulang
Abortus berulang adalah abortus yang terjadi
sebanyak 3 kali atau lebih pada 3 bulan pertama kehamilan. Abortus berulang
primer terjadi pada wanita yang belum pernah memiliki anak yang hidup sebelumnya.
Abortus berulang sekunder adalah abortus yang terjadi pada wanita yang
sebelumnya sudah pernah memiliki anak lahir hidup.
2.2.8
Abortus Terapeutik/Medis
Abortus yang dilakukan pada usia kehamilan kurang
dari 12 minggu atas pertimbangan kesehatan wanita, dimana apabila kehamilan itu
dilanjutkan akan membahayakan dirinya. Misalnya pada wanita dengan kelainan
jantung. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin yang berat.
Aborsi medis (terapeutik) adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medik karena terdapatnya suatu
permasalahan atau komplikasi. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang
dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya, maka dapat
dilakukan aborsi. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan
tidak tergesa-gesa.
2.3 Penyebab Aborsi
Penyebab abortus spontan bervariasi meliputi
infeksi, faktor hormonal, kelainan bentuk rahim, faktor imunologi (kekebalan
tubuh), dan penyakit dari ibu. Penyebab abortus pada umumnya terbagi atas
faktor janin dan faktor ibu.
1.
Faktor Janin
Pada umumnya abortus spontan yang terjadi karena
faktor janin disebabkan karena terdapatnya kelainan pada perkembangan janin
[seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan pada ari-ari, maupun kecelakaan
pada janin. kelainan janin yang utama antara lain: kelainan genetik pada
kromosom (20-25%), infeksi (3-5%),
penyakit ibu (4%), efek samping obat dan terapi (<1%).
2.
Faktor ibu
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang
dapat menyebabkan abortus spontan adalah faktor genetik orangtua yang berperan
sebagai carrier (pembawa) di dalam kelainan genetik; infeksi pada kehamilan
seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus, sifilis, gonorrhea; kelainan
hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang tidak terkontrol; kelainan
jantung; kelainan bawaan dari rahim, seperti rahim bikornu (rahim yang
bertanduk), rahim yang bersepta (memiliki selaput pembatas di dalamnya) maupun
parut rahim akibat riwayat kuret atau operasi rahim sebelumnya. Mioma pada
rahim juga berkaitan dengan angka kejadian aborsi spontan.
Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya
abortus adalah :
a. Usia
ibu yang lanjut
b. Riwayat
kehamilan sebelumnya yang kurang baik
c. Riwayat
infertilitas (tidak memiliki anak)
d. Adanya
kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan
e. Infeksi
(cacar, toxoplasma, dll)
f. Paparan
dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatab, alkohol, radiasi)
g. Trauma
pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan
h. Kelainan
kromosom (genetik)
Tanda
dan Gejala
a. Nyeri
perut bagian bawah
b. Keram
pada rahim
c. Nyeri
pada punggung
d. Perdarahan
dari kemaluan
e. Pembukaan
leher rahim
f. Pengeluaran
janin dari dalam rahim
Aborsi hanya diperbolehkan atas
rekomendasi dokter, di antaranya:
a.
Penyakit pada
ibu
di mana bila kehamilan dilanjutkan, nyawa ibu akan terancam. Dokter
mempertimbangkan risiko kehidupan ibu berdasarkan kondisi saat ini maupun
perkembangan dan komplikasinya di masa mendatang. Termasuk dalam penyakit yang
menyebabkan kehamilan harus dihentikan adalah keganasan kanker. Total kejadian keganasan selama kehamilan
diperkirakan 1 kasus per 1000 kehamilan. Kanker yang paling umum ditemukan
pada wanita hamil antara lain: kanker
serviks (1 per 2200 kehamilan), kanker
payudara (1 per 3.000 kehamilan), dan melanoma (0,14-2,8 per
1000 kehamilan).
c.
Bayi tidak
berkembang/meninggal
Sedangkan dalam buku
Ilmu Kebidanan, penyebab aborsi dibagi menjadi:
- Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan
kematian mudigah pada hamil muda. Factor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam
pertumbuhan ialah sebagai berikut:
a. Kelainan
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi,
poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
b. Lingkungan
kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c. Pengaruh
dari luar. Radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen.
- Kelainan pada
plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda
misalnya karena hipertensi menahun.
- Penyakit
ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus.
Toksin, bakteri, virus atau plasmodium melalui plasenta masuk ke janin sehingga
menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus. Anemia berat,
keracunan, laparatomi, peritonitis umum dan penyakit menahun ssperti
brusellosis, mononucleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan
abortus walaupun lebih jarang.
- Kelainan
traktus genitalis
Retroversio uteri, miomata uteri atau kelainan
bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi harus diingat bahwa hanya
retroversio uteri gravid inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan
penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah servik inkompeten yang
dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi servik
berlebihan, konisasi, amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
2.4 Proses Aborsi
2.4.1 Pada kehamilan muda
(dibawah 1 bulan)
Pada
kehamilan muda, dimana usia janin masih sangat kecil, aborsi dilakukan dengan
cara menggunakan alat penghisap (suction). Pada cara ini leher rahim diperbesar, kemudian sebuah
tabung dimasukkan ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang
kuat, sehingga bayi yang masih sangat lembut langsung terhisap dan hancur
berantakan. Saat dikeluarkan, dapat dilihat cairan merah berupa
gumpalan-gumpalan darah dari janin yang baru dibunuh tersebut.
2.4.2 Pada kehamilan lebih
lanjut (1-3 bulan)
Pada
tahap ini, dimana janin baru berusia
sekitar beberapa minggu, bagian-bagian tubuhnya mulai terbentuk. Aborsi
dilakukan dengan cara menusuk anak tersebut kemudian bagian-bagian tubuhnya
dipotong-potong dengan menggunakan semacam tang khusus untuk aborsi (cunam
abortus).
Anak
dalam kandungan itu diraih dengan menggunakan tang tersebut, dengan cara
menusuk bagian manapun yang bisa tercapai. Bisa lambung, pinggang, bahu atau
leher. Kemudian setelah ditusuk, dihancurkan bagian-bagian tubuhnya. Tulang-tulangnya di remukkan dan seluruh
bagian tubuhnya disobek-sobek menjadi bagian kecil-kecil agar mudah dikeluarkan
dari kandungan.
2.4.3 Aborsi pada kehamilan
lanjutan (3 sampai 6 bulan)
Pada
tahap ini, bayi sudah semakin besar dan bagian-bagian tubuhnya sudah terlihat
jelas. Jantungnya sudah berdetak, tangannya sudah bisa menggenggam. Tubuhnya
sudah bisa merasakan sakit, karena jaringan syarafnya sudah terbentuk dengan
baik.
Aborsi
dilakukan dengan terlebih dahulu membunuh bayi ini sebelum dikeluarkan.
Pertama, diberikan suntikan maut (saline) yang langsung dimasukkan kedalam
ketuban bayi. Cairan ini akan membakar kulit bayi tersebut secara
perlahan-lahan, menyesakkan pernafasannya dan akhirnya setelah menderita selama
berjam-jam sampai satu hari bayi itu akhirnya meninggal. Selama proses ini dilakukan, bayi akan berontak, mencoba
berteriak dan jantungnya berdetak keras.
2.4.4 Aborsi pada kehamilan
besar (6 sampai 9 bulan)
Pada
tahap ini, bayi sudah sangat jelas terbentuk. Wajahnya sudah kelihatan,
termasuk mata, hidung, bibir dan telinganya yang mungil. Jari-jarinya juga
sudah menjadi lebih jelas dan otaknya sudah berfungsi baik. Untuk kasus seperti
ini, proses aborsi dilakukan dengan cara mengeluarkan bayi tersebut
hidup-hidup, kemudian dibunuh. Cara membunuhnya, biasanya langsung dilemparkan
ke tempat sampah, ditenggelamkan kedalam air atau dipukul kepalanya hingga
pecah. Sehingga tangisannya berhenti dan pekerjaan aborsi itu selesai.
Tindakan Aborsi
Ada 2 macam tindakan
aborsi, yaitu:
- Aborsi
dilakukan sendiri
Aborsi yang dilakukan
sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau
dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan
janin.
- Aborsi
dilakukan orang lain
Orang lain disini bisa
seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga
beragam. Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan
dalam 5 tahapan, yaitu:
- Bayi
dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
- Bayi
dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
- Potongan
bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
- Potongan-potongan
disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa.
- Potongan-potongan
bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di tanah kosong,
atau dibakar di tungku
Sedangkan seorang dukun
beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan obat pada calon
ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam
kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan
hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma
hebat bagi calon ibu.
Teknik Aborsi
Adilatasi dan kuret
(Dilatation & curettage). Lubang leher rahim diperbesar, agar rahim dapat
dimasuki kuret, yaitu sepotong alat yang tajam. Kemudian janin yang hidup itu
dicabik kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya
terjadi banyak pendarahan. Bidan operasi ini harus mengobatinya dengan baik,
bila tidak, akan terjadi infeksi. Cara-cara yang dilakukan antara lain:
1. Kuret
dengan cara penyedotan (Sunction)
Pada cara ini leher
rahim juga diperbesar seperti D & C, kemudian sebuah tabung dimasukkan ke
dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga bayi dalam
rahim tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke
dalam sebuah botol.
2. Peracunan
dengan garam (Salt poisoned)
Cara ini dilakukan pada
janin berusia lebih dari 16 minggu (4 bulan), ketika sudah cukup banyak cairan
yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak, sebatang jarum yang panjang
dimasukkan melalui perut ibu ke dalam kantung bayi, lalu sejumlah cairan
disedot keluar dan larutan garam yang pekat disuntikkan ke dalamnya. Bayi yang
malang ini menelan garam beracun itu dan ia amat menderita. Ia meronta-ronta
dan menendang-nendang seolah-olah dia dibakar hidup-hidup oleh racun itu.
Dengan cara ini, sang bayi akan mati dalam waktu kira-kira 1 jam, kulitnya
benar-benar hangus. Dalam waktu 24 jam kemudian, si ibu akan mengalami sakit
beranak dan melahirkan seorang bayi yang sudah mati. (Sering juga bayi-bayi ini
lahir dalam keadaan masih hidup, biasanya mereka dibiarkan saja agar mati).
3. Histerotomi
atau bedah caesar
Terutama dilakukan 3
bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah melalui dinding perut.
Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang-kadang
langsung dibunuh.
4. Pengguguran
kimia (Prostaglandin)
Penggunaan cara terbaru
ini memakai bahan-bahan kimia yang dikembangkan Upjohn Pharmaceutical Co.
Bahan-bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang
hidup itu mati dan terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga
ada bayi-bayi yang terpenggal. Sering juga bayi yang keluar itu masih hidup.
Efek sampingan bagi si ibu banyak sekali ada yang mati akibat serangan jantung waktu
carian kimia itu disuntikkan.
5. Pil
pembunuh
Pil Roussell-Uclaf
(RU-486), satu campuran obat buatan Perancis tahun 1980. Pengaborsiannya butuh
waktu tiga hari dan disertai kejang-kejang berat serta pendarahan yang dapat
terus berlangsung sampai 16 hari.
2.5 Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan
aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. Ini adalah
informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak
menginginkan kehamilan yang sudah terjadi. Ada 2 macam resiko kesehatan
terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi dan
setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita,
seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts
of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
- Kematian mendadak karena pendarahan hebat
- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
- Kematian secara lambat akibat infeksi serius
disekitar kandungan
- Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang
akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan
hormon estrogen pada wanita)
- Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
- Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
- Kanker hati (Liver Cancer)
- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa)
yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat
pada saat kehamilan berikutnya.
- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan
lagi (Ectopic Pregnancy)
- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2. Resiko
kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari
segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga
memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological
Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review
(1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
(63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat
terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
(59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam
hidupnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba, Ida A. C., dkk.
2009. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Anonim.2008.“Aborsi”.http://www.klikdokter.com/kebidanankandungan/read/2010/07/05/136/aborsi
(16 Oktober 2010)
http://www.aborsi.org/